Panel surya merupakan perangkat khusus yang bisa mengubah sinar matahari jadi energi listrik. Cara kerjanya sangat praktis, bahkan dapat menghemat pengeluaran anggaran konsumsi listrik. Selain itu penggunaannya tak hanya cocok untuk bangunan industri dan komersial saja, namun juga bagus untuk rumah hunian.
Manfaat Panel Surya

Secara umum, fungsi utama dari panel listrik tenaga surya adalah untuk menghasilkan energi listrik dalam rangka mendukung berbagai aktivitas kerja dan harian. Namun tentu saja, selain itu masih ada manfaat lain dari teknologi ini dan beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Menghemat Biaya Tagihan Listrik
Sebagaimana ulasan di awal, panel tenaga surya bisa membantu mengurangi biaya tagihan listrik PLN. Penyebabnya adalah teknologi ini memakai sinar matahari sebagai sumber untuk menghasilkan daya listrik. Sehingga pasokan tersebut bersifat gratis karena berasal dari alam sehingga tidak perlu membayar ke PLN.
2. Mengurangi Penggunaan Minyak Bumi dan Batu Bara
Oleh karena sumbernya berasal dari sinar matahari, maka bisa mengurangi penggunaan minyak bumi dan batu bara. Jika dipakai terus menerus, kedua energi fosil ini dapat habis dan merusak lingkungan. Beda dengan teknologi panel tenaga surya yang sanggup bertahan selama sekitar 20 tahun bahkan bisa lebih jika rajin melakukan perawatan.
Baca juga: Manfaat Teknologi AI Untuk Pelaku Usaha Kecil Menangah (UMKM)
Baca juga: Manfaat AI atau Kecerdasan Buatan Bagi Dunia Pendidikan
3. Mengurangi Risiko Emisi Gas Rumah Kaca
Dalam proses penciptaan energi listrik, ada dampak negatif lain dari penggunaan minyak bumi dan batu bara berupa emisi gas rumah kaca. Sedangkan panel tenaga surya, tidak punya risiko tersebut karena tidak menghasilkan karbon diosida dan sulfur. Sehingga bersifat ramah lingkungan dan tidak merusak alam.
4. Meningkatkan Nilai Jual Properti
Bangunan industri, komersial, dan rumah hunian yang telah memiliki kelengkapan panel surya punya nilai jual lebih tinggi. Bagi pembeli atau pemilik baru, keberadaan teknologi ini dapat menjadi investasi jangka panjang karena akan memberi keuntungan berupa penghematan biaya listrik. Mereka tak perlu lagi mengeluarkan anggaran bulanan guna memenuhi kebutuhan ini.
Baca juga: 5 Handphone Terbaik Bagi Pecinta Kegiatan Mendaki Gunung
Baca juga: Agar Tak Salah Beli, Kenali Perbedaan Headphone, Headset, Earphone, dan Handsfree
Sistem Kerja Panel Surya

Panel surya menyerap sinar atau panas matahari melalui lembaran papan hitam atau biru yang berisi kumpulan sel surya. Dalam sel surya ini ada sejumlah komponen fotovoltaik yang mengandung lapisan silikon. Komponen ini punya tiga sifat khusus, metal antireflektif, konduktor metal, dan semi konduktor.
Usai tertata rapi di atas atap bangunan, komponen tersebut akan menyerap sinar matahari dari pagi hingga sore hari dan mengubahnya jadi energi listrik. Hasil penciptaan tersebut mendapat pengaruh dari jumlah sel surya. Sehingga makin banyak yang terpasang, makin besar pula daya listrik yang dihasilkan.
Baca juga: Mengetahui Fungsi Bushing Mobil dan Tanda-Tanda Mengalami Kerusakan
Baca juga: Jangan Anggap Sepele, Ini 3 Penyebab Yang Kerap Bikin Rem Mobil Blong
Prosesnya penyerapannya bermula dari adanya partikel matahari yang memiliki ukuran sangat kecil bernama foton. Setelah foton masuk ke dalam atom semikonduktor sel surya, terciptalah energi besar yang dapat melepaskan elektron dari struktur atom.
Elektron yang telah terpisah tersebut akan menghasilkan muatan negatif yang bergerak menuju area pita konduksi dari material semikonduktor. Dalam proses ini, atom kehilangan elektron di strukturnya. Berikutnya atom ini yang kemudian punya sebutan hole akan mengandung muatan positif.
Baca juga: 7 Rekomendasi Antivirus Terbaik Untuk OS Linux Dengan Kinerja Maksimal
Baca juga: Pengertian dan Alasan Orang Suka Memilih Laptop Mobile Workstation
Pada sisi lain ada semikonduktor tipe N yang mempunyai elektron bebas dan bersifat negatif serta berperan menjadi donor elektron. Dari sini kemudian tercipta persimpangan area positif dan negatif. Dari persimpangan ini muncul dorongan bagi elektron dan hole untuk bergerak dengan arah berlawanan.
Selanjutnya elektron akan menjauh dari area negatif, sedangkan hole menjauh dari area positif. Kemudian saat terhubung oleh beban elektronik, terciptalah arus listrik yang bisa dipakai untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan. Seperti menyalakan lampu, TV, komputer, pompa air, dan sebagainya.
Baca juga: 5 Cara Mengurangi Risiko dan Bahaya Radiasi Elektronik di Rumah
Baca juga: Rawat Tanaman Hias Ini di Rumah Untuk Menangkal Radiasi Elektronik
Jenis-Jenis Panel Surya
Meski punya penampakan yang sama, namun dalam garisnya besar panel tenaga surya terbagi dalam tiga jenis. Masing-masing punya sistem kerja yang sama dan perbedaannya terletak pada material pembuatan beserta daya serap pancaran sinar matahari.
1. Monocrystalline Silicon (Mono-Si)
Monocrystalline Silicon (Mono-Si) memakai bahan silikon murni sehingga punya kemampuan tinggi menyerap sinar dan panas matahari. Maka sanggup pula menghasilkan daya listrik yang lebih banyak namun di sisi lain harganya juga paling tinggi. Hanya saja dalam jangka panjang justru sangat hemat.
2. Polycrystalline Silicon (Poly-Si)
Berikutnya ada Polycrystalline Silicon atau Poly-Si yang menggunakan bahan potongan silikon dan pakai sistem lebur dalam pembuatannya. Struktur kristalnya tertata secara acak, sehingga kurang mampu menyerap sinar matahari. Kendati demikian kualitasnya tidak kalah bagus dan harganya lebih murah.
3. Thin Film Solar Cell (TFSC)
Terakhir ada Thin Film Solar Cell (TFSC) yang bentuknya berupa lapisan tipis fotovoltaik dan teraplikasi di permukaan plastik, logam, atau kaca. Daripada jenis lainnya, punya kemampuan paling rendah dalam menyerap panas sinar matahari tapi sangat fleksibel untuk bangunan kecil terutama rumah hunian. Selain itu harganya paling murah dan kualitasnya juga cukup bagus.
Baca juga: Cara Terbaik Melindungi Diri dari Kebocoran Data Pribadi
Baca juga: Aplikasi Alarm Terbaik Untuk Membantu Kalian Bangun Pagi
Saat pertama kali memasang dan menggunakan panel surya, memang butuh dana yang lumayan besar. Akan tetapi hal ini hanya terjadi sekali saja dan setelah itu bisa memakai listrik dengan biaya yang sangat rendah. Sehingga tidak ada salahnya memilih teknologi ini untuk memenuhi kebutuhan listrik sekaligus berpartisipasi menjaga kelestarian alam. (J-193)
Tinggalkan Balasan