Waktu baca : +/- 3 menit

Pernikahan adat Jawa – Sekitar satu pekan sebelum mengadakan upacara pernikahan, keluarga calon pengantin wanita akan mengadakan berbagai persiapan. Salah satunya yaitu menyiapkan tempat untuk menggelar resepsi. Dalam tradisi Jawa, prosesi ini namanya pasang tarub dan merupakan bagian dari pemasangan tenda lengkap dengan dekorasi.

Tarub merupakan singkatan dari ‘ditata supaya murup’ yang artinya adalah diatur agar dapat bersinar. Ini merupakan respresentasi atas harapan dan doa agar ketika sudah mulai mengarungi kehidupan bersama, pasangan pengantin selalu mendapat sinar kebahagiaan dan kesejahteraan.

Terbuat Dari Daun Kelapa

pernikahan adat Jawa
Contoh hiasan tarub dari bahan janur kuning. Foto: flickr.com

Bahan utama untuk membuat tarub dalam pernikahan adat Jawa adalah blarak, yakni daun kelapa yang sudah menghijau. Setelah terbentuk sedemikian rupa mirip anyaman, namanya menjadi bleketepe dan letak pemasangannya berada di atas tenda depan pintu masuk.

Selain itu ada tambahan lain berupa daun kelapa yang masih muda dan berwarna kuning atau janur beserta batangnya. Setelah lidinya dilepas, akan dibentuk jadi hiasan gapura dan dipasang tepat di depan pintu masuk ruang resepsi.

Baca juga: 8 Tradisi Jawa Yang Hingga Kini Masih Lestari

Baca juga: Inthuk-inthuk, Wujud Doa dan Cinta Kasih Ibu Pada Anaknya

Rangkaian Tuwuhan

pernikahan adat Jawa
Contoh rangkaian tuwuhan. Foto: shutterstock.com

Di sebelah kiri dan kanan dari hiasan janur kuning tersebut, terdapat serangkaian daun-daunan dan buah pisang yang namanya adalah tuwuhan. Masing-masing punya makna yang berbeda-beda, misalnya daun beringin adalah lambang perlindungan. Ini mengandung harapan agar keluarga baru tersebut bisa menjadi tempat berlindung bagi pasangan suami istri dan anak-anaknya.

Kemudian ada batang tebu, merupakan simbol tekad dari kedua mempelai untuk membentuk keluarga yang harmonis. Selanjutnya ada daun kluwih, hadir sebagai simbol pengetahuan. Ini mengandung arti usai menjalani pernikahan adat Jawa, keluarga baru tersebut harus punya wawasan luas agar mendapat kemuliaan.

Berikutnya daun alang-alang, adalah simbol harapan agar kedua mempelai selalu siap dan kuat menghadapi berbagai tantangan dan cobaan ketika sudah berumah tangga. Selain itu masih ada seikat tanaman padi yang sudah menguning, merupakan lambang kelancaran rezeki.

Baca juga: 8 Bukti Nyata Ketulusan Pasangan Dalam Menjalin Hubungan Asmara

Baca juga: Putus Cinta?, Lakukan 7 Tindakan Ini Agar Secepatnya Bisa Move On

Cengkir gading adalah jenis kelapa yang berukuran kecil dan bewarna kuning. Oleh masyarakat Jawa, kata ‘cengkir’ ini memiliki makna ‘kencenge pikir’ atau kekuatan pikiran untuk saling memberi kebahagiaan bagi pasangan suami istri beserta anak-anaknya.

Terakhir ada buah pisang raja yang biasanya menjadi daya tarik utama dari tuwuhan. Pemasangannya selalu menyertakan gedebog atau batang yang kemudian jadi tempat untuk merangkai dan menyatukan semua daun-daunan. Pisang raja yang bewarna kuning dan rasanya manis adalah simbol kebesaran, kemuliaan, dan kesejahteraan keluarga.

Tuwuhan selalu mempunyai jumlah genap mulai dari dua, empat, enam, dan seterusnya. Sedangkan pemasangannya berada di sebelah kiri dan kanan pintu masuk ruang resepsi dan sejumlah tempat strategis lainnya dengan posisi saling bersebelahan.

Usai  pernikahan adat Jawa berlangsung, pisang emas sering jadi rebutan bagi para tamu yang hadir khususnya yang masih gadis dan bujang. Mereka ingin dapat secepatnya mengikuti jejak pengantin yakni menemukan jodoh kemudian menikah dan membentuk keluarga baru. (J-163)

Terima Kasih Telah Membagikan Artikel Ini: