Waktu baca : +/- 4 menit

Kerajaan Pajajaran yang memiliki nama lengkap Pakuan Pajajaran merupakan kerajaan Hindu yang terletak di bagian barat Pulau Jawa atau Sunda. Sejarah keberadaannya tertulis di berbagai kitab, prasasti dan catatan hasil tulisan para pelaut asing yang singgah dan berlabuh di kepulauan nusantara. Selain itu banyak pantun dan babad yang menceritakan adanya kerajaan ini pada abad XV.

Sejarah awal pendirian

Kisah berdirinya kerajaan Pajajaran berawal dari keberadaan dua kerajaan lain yaitu Kerajaan Galuh dan Kerajaan Sunda. Masing-masing dari kerajaan ini mempunyai hubungan yang sangat kuat karena adanya ikatan perkawinan antara putri raja Sunda dan putra raja Galuh.

Pada sekitar tahun 1400 M, kerajaan besar yang berpusat di Jawa Timur yaitu Majapahit mulai mengalami kemunduran akibat perang saudara. Banyak masyarakat yang mengungsi dan ada sebagian yang datang ke Kerajaan Galuh. Mereka mendapat sambutan dengan tangan terbuka di kerajaan tersebut.

Akan tetapi sambutan terbuka dari Kerajaan Galuh ini menimbulkan rasa curiga bagi kerajaan Sunda. Bahkan rajanya menuduh bahwa kerajaan Galuh melupakan perjanjian larangan mengadakan hubungan dengan Kerajaan Majapahit.

Agar terhindar sengketa yang semakin menajam akhirnya para penasihat kerajaan dari Galuh dan Sunda mengadakan perundingan. Dalam perundingan ini tercapai kesepakatan untuk mendirikan sebuah kerajaan baru yakni Kerajaan Pakuan Pajajaran.

Kerajaan Pajajaran
Prabu Siliwangi. Foto : unpak.ac.id

Sedangkan raja pertamanya adalah Jayadewata yang sebelumnya menjadi pemimpin di Kerajaan Galuh. Setelah resmi menjadi raja di Kerajaan Pajajaran, Jayadewata mendapatkan gelar sebagai Sri Baduga Maharaja. Meski demikian beliau lebih terkenal dengan sebutan Prabu Siliwangi dan memegang tampuk kekuasaan dari tahun 1482 hingga 1521 Masehi.

Baca juga : Mengenal Sunan Bayat atau Ki Ageng Pandanaran II, Tokoh Penyebar Agama Islam di Jawa

Masa kejayaan

Tidak lama setelah berdiri, Pakuan Pajajaran langsung berhasil mencapai masa kejayaan. Karena sebelumnya telah berpengalaman menjadi raja di Kerajaan Galuh, Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi sangat ahli dalam menjalankan roda pemerintahan.

Pada masa tersebut, banyak sekali pembangunan fisik mulai dari jalan, bendungan atau pengairan sawah, pasar dan infrastruktur lainnya terus berlangsung tiada henti. Bukan itu saja, sistem keamanan kerajaan juga semakin meningkat karena banyak  pemuda yang tertarik menjadi prajurit. Mereka mendapat pelatihan militer agar selalu siap bertempur saat negara membutuhkan.

Baca juga : Pondok Pesantren Tertua di Indonesia, Usianya Ada yang Mencapai 500 Tahun (Bagian 1)

Baca juga : Pondok Pesantren Tertua di Indonesia, Usianya Ada yang Mencapai 500 Tahun (Bagian 2)

Kerajaan Pajajaran
Daerah Kekuasaan Kerajaan Pajajaran. Foto : republika.co.id

Demikian pula dengan administrasi pemerintahan, bisa berjalan dengan rapi. Setiap punggawa mendapat tugas sesuai dengan bidang yang mereka kuasai. Kemudian untuk penarikan upeti atau pajak, penerapannya juga memiliki aturan khusus sehingga tidak terjadi penyimpangan. Termasuk juga penegakan hukum terhadap pelaku kejahatan dan pelanggar undang-undang kerajaan.

Tidak cukup sampai di sini, Prabu Siliwangi juga selalu ingat dengan urusan kerohanian. Dia sangat rajin mendirikan tempat ibadah dan sekolah pendeta. Karena itu tidak mengherankan jika kehidupan masyarakat selalu penuh dengan kemakmuran dan kebahagiaan.

Baca juga : Inthuk-inthuk, Wujud Doa dan Cinta Kasih Ibu Pada Anaknya

Baca juga : Desa Wisata, Tempat Belajar Budaya dan Kearifan Lokal

Masa keruntuhan

Sepeninggal Sri Baduga Maharaja, Kerajaan Pajajaran mulai menghadapi masa suram. Berbagai masalah sering muncul akan tetapi tidak ada satu pun raja yang berhasil menyelesaikannya. Apalagi di antara keturunan Sri Baduga Maharaja sendiri sering terjadi perebutan kekuasaan. Bahkan tidak jarang muncul berbagai kekerasan dan perang saudara.

Akibatnya sistem pertahanan guna melindungi dari serangan kerajaan lain menjadi lemah. Kondisi ini mencapai puncaknya pada tahun 1579 M. Saat itu Kerajaan Pajajaran tidak mampu menghadapi serbuan dari kesultanan Banten yang sejak lama memang memiliki niat menghancurkan Pajajaran.

Baca juga : 10 Pelawak Paling Legendaris di Indonesia yang Sudah Tiada

Sejak berada dalam kekuasaan Kesultanan Banten, Pakuan Pajajaran berangsur-angsur runtuh. Berakhirnya masa kejayaan kerajaan besar ini adalah pertanda hilangnya pengaruh Hindu sekaligus merupakan awal pemunculan pengaruh Islam di Sunda.

Menurut cerita yang beredar, saat mulai mengalami keruntuhan ada sebagian keturunan abdi dan pegawai istana Kerajaan Pajajaran yang mengasingkan diri di pedalaman Lebak, Banten. Mereka inilah yang kemudian menjadi cikal bakal lahirnya suku Badui. (J-084)

Terima Kasih Telah Membagikan Artikel Ini: