Waktu baca : +/- 4 menit

Selama ini banyak yang mengira apabila Museum Nasional Indonesia itu adalah sama dengan Museum Monumen Nasional. Meski terletak di kawasan yang berdekatan dan sama-sama menyimpan sejarah bangsa Indonesia, keduanya merupakan objek wisata yang berbeda.

Sesuai dengan namanya Museum Monumen Nasional Indonesia terletak di Monumen Nasional yang sangat terkenal dengan sebutan Monas. Sedangkan Museum Nasional Indonesia, berlokasi di Jl. Merdeka Barat 12 dan tidak sedikit yang menyebut sebagai Museum Gajah dengan alasan pada halaman depannya terdapat patung gajah.

Baca juga: 4 Objek Wisata Indonesia yang Punya Mitos Bisa Membuat Hubungan Cinta Jadi Runyam

Baca juga: 8 Cara Cerdas Memilih Agen Wisata Terbaik dan Terpercaya

Sudah Ada Sejak Zaman Kolonial

Museum Nasional Indonesia
Taman arca Museum Nasional Indonesia. Foto: istimewa

Beda dengan Monas yang berdiri pada era kemerdekaan, Museum Nasional Indonesia sudah ada sejak zaman pemerintahan kolonial Belanda. Pada pertengahan abad XVIII, terjadi revolusi intelektual atau era pencerahan di Eropa. Perubahan ini juga muncul di Batavia yang ditandai dengan kehadiran Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschppen atau Asosiasi Seni dan Pengetahuan Batavia.

Organisasi independen ini lahir pada 24 April 1778 dan pendiriannya memiliki tujuan untuk memajukan penelitian terutama bidang seni, sastra, sejarah, etnologi, arkeologi, biologi, dan fisika. Seorang pendirinya yang bernama J.C.M. Radermacher memberi sumbangan gedung di Jl. Kalibesar dan koleksi buku beserta aneka benda budaya.

Baca juga: 10 Sunset Terindah di Dunia, Salah Satunya Ada di Indonesia

Baca juga: 9 Desa Wisata Terindah dan Tercantik di Indonesia

Saat Inggris Merdeka dan Era Kemerdekaan

Museum Nasional Indonesia
Arca nandi, dalam kepercayaan Hindu menjadi tunggangan Siwa. Foto: istimewa

Kemudian ketika Inggris berkuasa dari dari 1811 hingga 1816, Sir Thomas Stamford Raffles membangun gedung baru untuk organisasi tersebut di Jl. Majapahit 3. Saat ini gedung tersebut telah beralih fungsi sebagai bagian dari kantor Sekretariat Negara.

Kemudian dengan alasan jumlah koleksinya yang terus bertambah banyak, pada 1862 pemerintah kolonial Belanda mendirikan gedung baru di Koningsplei West. Di tempat yang sekarang menjadi Jl. Merdeka Barat inilah Museum Nasional Indonesia berdiri dan mulai dibuka untuk umum pada 1868.

Sedangkan patung gajah yang ada di halaman depan merupakan pemberian dari Raja Kerajaan Thailand, Chulalongkorn pada 1871. Dia memberi patung perunggu tersebut sebagai tanda persahabatan antara Kerajaan Thailand (ketika itu masih bernama Siam) dengan pemerintah Hindia Belanda.

Selanjutnya setelah Indonesia merdeka, pada 26 Januari 1950, pemerintah mengubah nama perkumpulan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschppen menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia. Setelah itu pada 28 Mei 1979, nama gedungnya ikut berubah menjadi Museum Nasional Indonesia.

Baca juga: Sejarah Berdirinya Kerajaan Pajajaran dan Kisah Keruntuhannya

Baca juga: Inthuk-inthuk, Wujud Doa dan Cinta Kasih Ibu Pada Anaknya

Koleksi

Museum Nasional Indonesia
Koleksi topeng, senjata, dan peralatan tradisional. Foto: istimewa

Masuk ke Museum Nasional Indonesia atau Museum Gajah, wisatawan dapat melihat aneka koleksi yang sangat lengkap. Jumlahnya mencapai lebih dari 160 ribu koleksi dengan terbagi dalam beberapa macam kategori. Mulai dari era prasejarah, karya seni, etnografi, arkeolologi, dan sebagainya.

Di ruang pertama terdapat ratusan patung dari zaman Hindu-Budha seperti Ganesha, Agastya, Siwa, Wisnu, dan sebagainya. Termasuk juga relik dari Kerajaan Majapahit, misalnya Harihara dan Pawarti. Sebagian ada yang disimpan dalam ruang, sebagian lain diletakan di halaman dalam.

Ruang berikutnya merupakan tempat pameran benda-benda etnografis dan arkeologi dan sebagian besar koleksinya terbuat dari emas. Selain patung, ada yang berbentuk hiasan tubuh, koin, cangkir atau gelas, mangkok, dan sebagainya. Di ruang ini, setiap pengunjung tidak boleh melakukan pemotretan.

Sedangkan untuk koleksi etnografis, contohnya antara lain peralatan yang dulu sering dipakai untuk menyelenggarakan upacara dan ritual adat oleh suku-suku di Indonesia. Mulai dari Sumatera hingga Papua memiliki budaya sendiri-sendiri dan menjadi salah salah satu warisan non benda terbaik milik Indonesia.

Ruang Lain

Museum Nasional Indonesia
Koleksi etnografis. Foto: istimewa

Baca juga: Pondok Pesantren Tertua di Indonesia, Usianya Ada yang Mencapai 500 Tahun (Bagian 1)

Baca juga: Pondok Pesantren Tertua di Indonesia, Usianya Ada yang Mencapai 500 Tahun (Bagian 2)

Kemudian ada lagi ruang keramik dengan koleksi terakota, celengan, wadah air, dan lainnya. Sebagian di antara koleksi tersebut ada yang berasal dari luar negeri misalnya China, Jepang, Thailand, Vietnam, hingga Myanmar. Koleksi ini merupakan hasil dari perdagangan antar kerajaan pada ratusan tahun lalu.

Selain itu ada ruang khusus untuk memamerkan benda-benda peninggalan pra sejarah. Misalnya fosil homo sapiens hingga homo floroensi dan homo erectus. Bukan itu saja, di ruang ini pengunjung juga dapat mengamati bermacam-macam alat bantu manusia purba seperti batu kapak, manik-manik, menhir, nekara, dan lainnya.

Karena berada di pusat kota dan banyak transportasi umum yang lewat, tidak sulit bagi pelancong khususnya pecinta sejarah untuk berkunjung ke Museum Nasional Indonesia. Apalagi objek wisata pendidikan ini buka setiap hari kecuali Senin dari jam 09:00 WIB hingga 16:00 WIB. Harga tiketnya juga sangat murah, dari Rp2.000 hingga Rp10.000 sesuai usia, dan asal wisatawan apakah domestik atau mancanegara. (J-108)

Terima Kasih Telah Membagikan Artikel Ini: